Oleh: Ferry Riyandika
Situs Slumbung yang terletak di Desa Slumbung, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Situs ini memiliki peninggalan-peninggalan arkeologi diantaranya:
1.Punden Mbah Slumbung terdiri dari reruntuhan bangunan yang berbahan dasar batu andesit. Sepintas situs ini menyerupai reruntuhan candi, bahkan pada salah satu artefak menunjukan bentuk yang menyerupai jaladwara (saluran air pada bangunan candi), huruf beraksara jawa kuna, lumpang, 4 buah batu kenong, umpak, watu dakon dan bagian bangunan candi serta bongkahan batu candi yang berserakan.
Terdapat kronogram yang berangka tahun 1246 Saka (1324 Masehi) dan 1256 Saka (1334 Masehi). Selain itu terdapat nandi, sebuah ember yang bereliefkan trisula dan kepala naga bermahkota namun keberadaannya sekarang sudah hilang. Selain itu masyarakat setempat dahulu sering mengadakan pagelaran Wayang Krucil dengan tema "Jaka Slumbung" (Knebel, 1908: 159-160).
2.Pucuk yang berbentuk roda yang terbuat dari bahan perunggu. Pucuk perunggu berbentuk roda ini berukuran tinggi 30 cm (11,13/16 intji). Sekarang benda tersebut disimpan di Museum Pusat, Jakata, dengan daftar inventaris. no. 5916. Roda dengan empat kisi (anak centera cakra) merupakan tanda kehormatan Wisnu dan seringkali dipergunakan sebagai sebuah motif untuk pucuk-pucuk. Diatasi oleh sebuah ujung yang berbentuk sehelai bilah pedang, pucuk ini yang berbentuk roda mempunyai sebuah dasar yang kosong untuk memberi tempat kepada tonggak. Benda ini merupakan sebuah tempat penjimpanan jang besar dari barang-barang berharga (Fonten, J & R. Soekmono, dkk. 1972: 158)
2.Pucuk perunggu berbentuk Tombak atau pedang, yang memiliki ukuran tinggi 30 cm (11 13/16 inci) Sekarang benda tersebut disimpan di Museum Pusat, Jakata dengan daftar inventaris no. 5954. Lambang ini berbentuk sehelai bilah pedang atau tombak. Bentuk jang sama seringkali terdapat sebagai bagian hiasan pucuk-pucuk. Yang paling tidak lazim hiasan motif ini menyerupai seekor burung yang sedang terbang. Pada dasarnya yang kosong atau bolong, sebuah kepala kala bermata-satu dan tiga buah taring terlihat pada setiap sisi (Fonten, J & R. Soekmono, dkk. 1972: 158).
4.Lencana Perunggu yang digunakan dalam upacara dan prosesi. Yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.. Tingginya berurutan 24.5 cm, 28 cm, dan 19 cm. Ditemukan pada tahun 1928. Sebagian besar lencana perunggu ini sebagai peraturan adat, mempunyai sebuah dasar yang kosong untuk memberi tempat kepada tonggak atau tongkat kaku (kayu). Memiliki motif hiasan seperti naga-naga dan kepala kala. Pegangan tangan perunggu (gambar 1) adalah suatu salinan Damaru yang terkenal dari arca Tantristic seperti halnya pada masa sekarang disebut kelotong, suatu instrumen edisi lebih sederhana yang sama yaitu penjaja Cina yang mengumumkan akan kehadirannya. Dibagian tengahnya memiliki hiasan kepala kala. Pada gambar 2 juga disebut Damaru yang memiliki hiasan naga-naga disamping atas kiri-kanan, pada bagian tengah dihias dengan kepala kala dan bagian bawah sisi samping kanan-kiri berhiaskan seperti berbentuk sehelai bilah pedang atau tombak. Gambar 3 seperti tempat Pembakar suatu dupa/ bau-harum. Tutupnya bentuk seperti suatu bunga dengan daun bunganya yang tergantung atau berbentuk sehelai bilah pedang atau tombak. seperti suatu lima- vajra yang sampingnya tergantung naga-naga. (Kempres, 1959: 89).
5.Bandul genta perunggu rakshasa yang membawa suatu bejana air Amrta.Sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.. Tingginya 22 cm. yang ditemukan tahun 1982. Bandul genta perunggu rakshasa yang membawa suatu bejana air Amrta merupakan suatu cerita rakshasa yang mencuri Amrta dari para dewa. Figur rakshasa ini memiliki daging pinggang, kain, dan pantalon pendek, Suatu yang menarik dari rakshasa ini adalah pakaian bahunya berhiaskan berbentuk sayap-sayap. Bandul genta perunggu rakshasa yang membawa suatu bejana air Amrta sama seperti yang ditemukan di Siam, Bali, dan bandul genta perunggu rakshasa yang membawa suatu bejana air Amrta lainnya di Jawa Timur. (Kempres, 1959: 75)
Situs Slumbung yang terletak di Desa Slumbung, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Situs ini memiliki peninggalan-peninggalan arkeologi diantaranya:
1.Punden Mbah Slumbung terdiri dari reruntuhan bangunan yang berbahan dasar batu andesit. Sepintas situs ini menyerupai reruntuhan candi, bahkan pada salah satu artefak menunjukan bentuk yang menyerupai jaladwara (saluran air pada bangunan candi), huruf beraksara jawa kuna, lumpang, 4 buah batu kenong, umpak, watu dakon dan bagian bangunan candi serta bongkahan batu candi yang berserakan.
Jaladwara
Pahatan Tulisan Jawa Kuna
Lumpang
Tulisan Jawa Kuna
Watu Gong (kenong)
Watu Kenong
Watu kenong terbalik
Watu kenong
Sebagian umpak
Watu Dakon yang sudah agak aus
Salah satu bagian bangunan candi
2.Pucuk yang berbentuk roda yang terbuat dari bahan perunggu. Pucuk perunggu berbentuk roda ini berukuran tinggi 30 cm (11,13/16 intji). Sekarang benda tersebut disimpan di Museum Pusat, Jakata, dengan daftar inventaris. no. 5916. Roda dengan empat kisi (anak centera cakra) merupakan tanda kehormatan Wisnu dan seringkali dipergunakan sebagai sebuah motif untuk pucuk-pucuk. Diatasi oleh sebuah ujung yang berbentuk sehelai bilah pedang, pucuk ini yang berbentuk roda mempunyai sebuah dasar yang kosong untuk memberi tempat kepada tonggak. Benda ini merupakan sebuah tempat penjimpanan jang besar dari barang-barang berharga (Fonten, J & R. Soekmono, dkk. 1972: 158)
(Foto oleh: Fonten, J & R. Soekmono, dkk. 1972: 158)
2.Pucuk perunggu berbentuk Tombak atau pedang, yang memiliki ukuran tinggi 30 cm (11 13/16 inci) Sekarang benda tersebut disimpan di Museum Pusat, Jakata dengan daftar inventaris no. 5954. Lambang ini berbentuk sehelai bilah pedang atau tombak. Bentuk jang sama seringkali terdapat sebagai bagian hiasan pucuk-pucuk. Yang paling tidak lazim hiasan motif ini menyerupai seekor burung yang sedang terbang. Pada dasarnya yang kosong atau bolong, sebuah kepala kala bermata-satu dan tiga buah taring terlihat pada setiap sisi (Fonten, J & R. Soekmono, dkk. 1972: 158).
(Foto oleh: Fonten, J & R. Soekmono, dkk. 1972: 158).
4.Lencana Perunggu yang digunakan dalam upacara dan prosesi. Yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.. Tingginya berurutan 24.5 cm, 28 cm, dan 19 cm. Ditemukan pada tahun 1928. Sebagian besar lencana perunggu ini sebagai peraturan adat, mempunyai sebuah dasar yang kosong untuk memberi tempat kepada tonggak atau tongkat kaku (kayu). Memiliki motif hiasan seperti naga-naga dan kepala kala. Pegangan tangan perunggu (gambar 1) adalah suatu salinan Damaru yang terkenal dari arca Tantristic seperti halnya pada masa sekarang disebut kelotong, suatu instrumen edisi lebih sederhana yang sama yaitu penjaja Cina yang mengumumkan akan kehadirannya. Dibagian tengahnya memiliki hiasan kepala kala. Pada gambar 2 juga disebut Damaru yang memiliki hiasan naga-naga disamping atas kiri-kanan, pada bagian tengah dihias dengan kepala kala dan bagian bawah sisi samping kanan-kiri berhiaskan seperti berbentuk sehelai bilah pedang atau tombak. Gambar 3 seperti tempat Pembakar suatu dupa/ bau-harum. Tutupnya bentuk seperti suatu bunga dengan daun bunganya yang tergantung atau berbentuk sehelai bilah pedang atau tombak. seperti suatu lima- vajra yang sampingnya tergantung naga-naga. (Kempres, 1959: 89).
(Foto oleh: B. Kempres, 1959: 89)
5.Bandul genta perunggu rakshasa yang membawa suatu bejana air Amrta.Sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.. Tingginya 22 cm. yang ditemukan tahun 1982. Bandul genta perunggu rakshasa yang membawa suatu bejana air Amrta merupakan suatu cerita rakshasa yang mencuri Amrta dari para dewa. Figur rakshasa ini memiliki daging pinggang, kain, dan pantalon pendek, Suatu yang menarik dari rakshasa ini adalah pakaian bahunya berhiaskan berbentuk sayap-sayap. Bandul genta perunggu rakshasa yang membawa suatu bejana air Amrta sama seperti yang ditemukan di Siam, Bali, dan bandul genta perunggu rakshasa yang membawa suatu bejana air Amrta lainnya di Jawa Timur. (Kempres, 1959: 75)
(Foto oleh: B. Kempres, 1959: 89)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar