Laman

Kamis, 14 Juli 2011

Candi GAPURA PADURAKSA PLUMBANGAN

Oleh: Ferry Riyandika

Candi Plumbangan terletak di perkampungan Desa Plumbangan, Kecamatan Doko Kabupaten Blitar. Bangunan pintu gerbang paduraksa Plumbangan dan benda-benda lainnya terpelihara dengan baik, diatur dengan rapi, bersih dan indah. Bangunan dan benda-benda tersebut terbuat dari batu andesit (basalt). Bangunan ini dikelilingi dengan pagar kawat berduri oleh karena itu keamanannya tidak mengkhawatirkan. Pintu gerbang paduraksa dan benda-benda purbakala berada di atas tanah kurang lebih 250 km². Bagian barat dibatasi oleh jalan kampung, bagian utara berbatasan dengan pekarangan penduduk, bagian timur oleh perkarangan penduduk, sedangkan bagian selatan berbatasan dengan jalan desa.


Selain bangunan pintu gerbang, terdapat sejumlah benda bersejarah misalnya: prasasti, tiga buah yoni, sebuah arca surya, sebuah arca Durgamahisasyuramardhini, sebuah arca Budhha, beberapa jaladrawa, pancuran air, keystone, balustrade, dua arca nandi, dan batu kendang, serta beberapa umpak.

Prasasti Plumbangan (Panumbangan) berdiri di atas bunga teratai dengan lancana Candra Kapala. Prasasti ini dibuat atas suruhan raja Bameswara pada tahun l042 Saka atau 1120 M. Prasasti ini berukuran t.inggi seluruhnya 176 cm, lebar 92 cm, tebal atas.19,5, tebal bawah 26 cm, tinggi bunga teratai 12 cm, lingkaran bunga teratai 267 cm.


Di bagian selatan terdapat sebuah yoni yang besar dan diukir sangat indah sekali. Yoni ini tinggi 92 cm, panjang dan lebar sisinya ± 95 cm. Tempat lingga menancap berkedalaman 74 cm, panjang dan lebar sisi lubang 22 cm. Ukiran pada yoni ini berupa macan/harimau, yang menyangga curat. Pada curatnya diukir dengan motif makara atau gajah mino. Di kanan kiri lubang curat bagian bawah diukirkan rangkaian ratna. Yoni ini sebagai lanbang dari Parwati sakti dari Siva yang memiilki sifat-sifat f eminin. Baik. Pada bagian kaki, badan dan.bagian atas yoni ukiran yang dominan adalah pelipit-pelipit garis dan sebagian ojief.


Peninggalan di halaman pertama yang lain, adalah batu pipisan, umpak berbentuk persegi , umpak. berbentuk kuncup bunga. Di halaman ini juga ditemukan jambangan dan umpak dalam bentuk yang lain. Bagian kedua adalah pintu gerbang Paduraksa yang atap atau kemuncaknya berbentuk kubus. Pintu gerbang ini juga memiliki sayap di kanan-kirinya. Pada bagian ambang pintunya terdapat monogram 1312 Caka atau 1390 M. Pintu gerbang candi Plumbangan berukuran 5,50 meter.


Candi tersebut telah dipugar pada tahun 1921. Candi Plumbangan pada masa lalu dikenal dengan nama Desa Panumbangan sebagai itu suatu tempat Budha. Atap pintu gerbang dibuat secara khusus, hiasan bangunan sudut tembok dan lapisan di atas dikeraskan, denah lantai dasar bangunan dari tiap lapisan berbentuk segi empat dengan sisi cekung sebagai ganti lurus, dibawah puncak candi lebih luas daripada luas di bawahnya. Dalam cara ini arsiteknya telah berhasil menciptakan suatu efek keringanan dan kerapian. Seperti juga pintu gerbangnya sebelah kanan-kirinya dibuat ukiran seperti sayap-sayap. Di jaman kemudiann pintu gerbang nampak seperti seekor burung yang sangat besar (Kempres, 1959: 97-98). Candi Plumbangan sebenarnya adalah nama yang kurang tepat tetapi lazim digunakan oleh masyarakat. Seharusnya bukan candi, melainkan pintu gerbang paduraksa Plumbangan.

Di halaman dua terdapat sebuah arca surya yang duduk dengan sifat padmasana di atas kereta yang di tarik dengan tuiuh buah ekor. Pada arca ini kedua buah lengannya sudah hilang, tinggal kedua tapak tangannya yang masih menempel pada kedua pahanya. Diatas tapak tangan yang menunjukkan sikap Waradahasta di atasnya di tempatkan benda bulat. Tinggi arca ini 107 cm.

Arca Durgamahisasyuramardhini yang berdiri di atas Nandi atau Mahesa dengan sikap ekapadatasnaka. Arca ini berlengan delapan (hastabuya). Tinggi arca 74 cm, lebar 47 cm dan tebalnya 20 cm, Dua buah tangannya bagian depan sebagai tangan manusiawi dan enam buah tangan bagian belakang merupakan tangan kedewataan. Tangan manusiawi bagian kanan memegang rambut dari raksasa yang bernama Asyura dan tangan kirinya memegang ekor dari mahesa. Keenam tangan kedewataannya memegang semua alat-alat pemberian para dewa yang sering kali menunjukkan atribut dari semua dewa yang memberi senjata tersebut. Benda peninggalan lainnya adalah potongan kaki arca yang tidak diketahui dan identitasnya, arca Budhha, jaladrawa dengan ukiran motif makara. Sebuah ambang pintu yang bertuliskan huruf kwadrat dengan ukuran panjang 165 cm, lebar 57 cm dengan tebal 17,5 cm. Di sebelah barat ambang pintu ini terdaapat dua buah arca nandi yang berkalungkan beberapa genta (Sukamto : 1-2).


dari punyaku yang tidak bisa ku masuki lagi.
http://blitardahulu.blogspot.com/2009/10/candi-plumbangan.html
http://wanuablitar.blogspot.com/2009/10/candi-plumbangan-candi-plumbangan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar